Jakarta, eksposenews.com – Makhluk kecil yang ukurannya seperti rambut dibelah tujuh itu bernama Corona. Ia adalah sebuah virus yang baru bisa dilihat menggunakan mikroskope. Makhluk kecil itu kini suka menempel ke tubuh manusia. Secara massif ia menyusup hingga paru-paru dan menggerogoti paru-paru manusia yang dimasukinya hingga meninggal dunia.
Virus ini kecil sekali susah dilihat secara kasat mata. Tapi ia menempel di seluruh tubuh manusia. Oleh karena bagi yang menyentuh manusia yang sudah terinfeksi virus Corona ini, maka yang disentuh akan ditempel oleh virus tersebut dan berkembang biak menjadi banyak.
Atau jika manusia yang sudah ditempeli virus bersin, ingus atau cairan (droplet) yang keluar dari mulutnya akan menyemburkan 3.000 virus hingga bisa menempel kita.
Peneliti di NIAID Integrated Research Facility (IRF) di Fort Detrick, Maryland terus berusaha mengindentifikasi kekuatan virus ini. Sebagaimana besarnya daya hidup virus dan bagaimana membuat ia mati dan musnah. Jika hal tersebut bisa ditemukan maka obat menghilangkan virus Corona bakal ditemukan.
Para peneliti di NIAID Integrated Research Facility (IRF) di Fort Detrick, Maryland berusaha mencari dzat atau komponen apa yang membuat virus ini bisa mati dan menghilang musnah.
Peneliti telah menemukan bentuk atau wujud virus Corona. Berikut ini wujud Virus Corona yang gambarnya sudah diperbesar. Padahal makhluk ini sangat kecil sekali dan tidak terlihat secara fisik oleh mata saking kecilnya.

Mikrograf elektron berwarna menunjukkan sel apoptosis (coklat kehijauan) dari pasien yang terinfeksi dengan partikel virus Corona (merah muda) saat diteliti di NIAID Integrated Research Facility (IRF) di Fort Detrick, Maryland.
Para peneliti sedikit menemukan bagaimana menghadapi penyebaran dan penularan virus ini antar manusia. Dan satu-satunya pengobatan dini yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan sistem imunitas tubuh.

Mikrograf elektron berwarna menunjukkan sel apoptosis (biru) dari pasien yang terinfeksi dengan partikel virus Corona (merah) saat diteliti di NIAID Integrated Research Facility (IRF) di Fort Detrick, Maryland.
Beberapa waktu lalu, New York melakukan percobaan mengenai penggunaan plasma dari pasien yang sembuh dari Corona COVID-19 dan memiliki sistem imun tinggi, yang kemudian digunakan untuk mengobati pasien Corona COVID-19 dengan kategori sakit yang sudah parah.
“Ini adalah sebuah percobaan untuk pasien dalam kondisi yang parah, tetapi Departemen Kesehatan New York tetap menjalankannya dengan perawatan kesehatan terbaik di New York,” kata Gubernur New York Andrew Mark Cuomon dikutip dari The New York Times, Kamis (26/3/2020).
Garis pertahanan pertama Tubuh untuk melawan penularan virus adalah antibodi. Antibodi ini disebut immunoglobulin M yang bertugas untuk mewaspadai adanya penyusupan virus dan bakteri dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Jika sudah terinfeksi virus atau bakteri, sistem kekebalan tubuh ini akan berubah menjadi antibodi tipe kedua. Antibodi ini disebut immunoglobulin G yang bertugas mengenali dan menetralkan tipe virus tertentu.
Perbaikan yang akan dilakukan oleh setiap antibodi di dalam tubuh ini memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Beberapa orang akan membuat antibodi yang sangat kuat terhadap infeksi.
Beberapa orang yang lain akan ada yang meningkatkan respon terhadap virus yang lebih ringan. Perbaikan ini mungkin akan memakan waktu hingga satu minggu.
Cepatnya virus Corona Covid-19 menginfeksi tubuh manusia membuat banyak para ahli melakukan penelitan. Salah satu faktor yang dijadikan bahan penelitian adalah golongan darah.
Sebuah penelitian di China baru-baru ini menyatakan bahwa golongan darah A lebih rentan terinfeksi Corona COVID-19. Sedangkan untuk golongan darah O lebih kebal terinfeksi virus Corona COVID-19.
Penelitian dilakukan kepada dua pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzhen. Meskipun hasil penelitian ini masih harus ditelaah lebih lanjut lagi.
Ada berbagai macam golongan darah yang ditemukan pada manusia, seperti golongan darah A, B, AB, dan O. Hal ini berarti ada pula perbedaan molekul gula pada permukaan sel darah merah pada masing-masing golongan darah.
Hasil dari penelitian ini mungkin akan membuat orang dengan golongan darah A akan lebih panik dan lebih khawatir. Sedangkan untuk orang dengan golongan darah O, jangan merasa tenang dulu. Pasalnya, penelitian yang hanya dilakukan dengan 2 sampel pasien ini belum bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, golongan darah ini tidak bisa menjadi penilaian yang mutlak mengenai kadar infeksi virus Corona COVID-19. Semua orang tetap diimbau untuk melindungi dirinya sendiri seperti selalu menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan banyak orang, dan menggunakan pelindung jika terpaksa harus berinteraksi dengan banyak orang.
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 2 pasien Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ini tidak bisa dijadikan sebagai penilaian yang mutlak.
Sebagai contoh dilansir dari The New York Times, Kamis (26/3/2020) bahwa di Inggris, ada 48 persen orang yang memiliki golongan darah O. Ada 38 persen orang yang memiliki golongan darah A. Ada 10 persen orang yang memiliki golongan darah B. Dan yang terakhir ada 3 persen orang yang memiliki golongan darah AB.
Kemudian dibandingkan dengan jumlah total pasien yang terinfeksi Corona COVID-19 di Wuhan dan Shenzen ada 2.173 pasien. Dengan presentase golongan darah O ada 25 persen yang terinfesi. Golongan darah A ada 38 persen yang terinfeksi. Golongan darah B ada 26 persen yang terinfeksi. Dan golongan darah AB ada 10 persen yang terinfeksi.
Maka dari itu penelitian terkait dengan jenis golongan darah yang rentan terinfeksi Corona COVID-19 masih harus dilakukan lagi, tentu saja dengan perhitungan yang benar-benar bisa mewakili presentase jumlah golongan darah secara keseluruhan.
(diolah dari berbagai sumber)
