Laporan : Bambang S
Editor : Lemens K
Jakarta,eksposenews.com – Negara sepertinya akan mengalami kondisi krisis ekonomi seperti pada tahun 1998. Namun kali ini datang dari krisis kesehatan yang menghantam bangsa Indonesia akibat covid 19, dan publik disuguhi banyak berita-berita yang terus membuat tidak nyaman melihatnya.
Dari peristiwa anggota-anggota Polri yang membangkang Maklumat pimpinannya, Lockdown yang hanya retorika, PSBB tanpa kepastian hukum yang jelas sampai kelakuan staffsus Millenial yang mengheboh kan dunia politik tanah air.
Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah mengatakan, hari ini rakyat tak punya apa-apa untuk mengadu dan mewujudkan mimpi-mimpinya, karena semua terkunci dan tidak ada celah untuk rakyat berpendapat dan mengeluarkan keluh kesahnya.
“Ada perselingkuhan besar antara Legislatif, Eksekutif dan Media Mainstream disini. Semua terkunci karena cinta segitiga itu.” kata Iskandarsyah, ditemui di Jakarta, Kamis (16/04/2020).
Pernyataan yang dikatakan Iskandarsyah pernah disampaikan juga oleh Dr. Andi Irman Putra Sidin dalam dialog nya di acara ILC Tvone beberapa waktu yang lalu.
Iskandarsyah mengungkapkan, Rakyat mau ngadu ke siapa?, Parlement membisu, Kepada Eksekutif apalagi, dan kepada Pers/Media jelas pilih-pilih karena sekarang ini mereka hanya akan melihat media besar (mainstreem) saja, Media yang kecil tidak akan dianggap. Terus harus kemana rakyat mengadukan nasibnya?.
“Ini harus segera diakhiri, ini seperti tindakan diskriminatif terhadap rakyat dan opsi hanya satu ya rakyat melawan” ungkap Iskandarsyah.
Hanya ada 2 (dua) opsi yang dihadapkan kepada rakyat saat ini, diam lalu mati atau melawan dengan 2 kemungkinan antara mati dan perubahan.
“Saya tidak memprovokasi, tapi inilah yang dirasakan rakyat saat ini. Rakyat hampir lupa covid 19 karena perut laparnya, rakyat sudah lupa covid 19 karena istri dan anak-anak mereka sudah kekurangan, semua bertitik tumpu kepada persoalan perut rakyat sekarang ini” jelas Iskandarsyah.
Iskandarsyah menambahkan kepada awak media, Saat ini negara bangkrut tapi tetap sok kaya, ekonomi kita terjun bebas, dollar pun tak jinak lagi perlahan meroket, apalagi yang ada buat rakyatnya kalau bukan penderitaan.
“Sepertinya negara tak pernah ada untuk rakyatnya, negara hanya ada untuk para konglomerat-konglomerat dan para penjilatnya” tambah Iskandarsyah yang merupakan mantan aktivis ini
Iskandarsyah sangat prihatin terhadap kondisi bangsa saat ini, mau kemana lagi perahu besar yg bernama Indonesia. Generasinya gila medsos, menterinya, gubernurnya, pejabat-pejabatnya hobby bermedsos ria.
“Saya rasa kita sudah diambang kehancuran, kalau tidak segera kita benahi. Siapa kira-kira yang mampu membenahi?, yang mampu adalah para mahasiswa-mahasiswa, para intelektual muda, para aktifis muda, bukan millenial ngawur macam kemaren itu” kata Iskandar sedikit tertawa.
Dirinya sedang menunggu actionnya dari kaum muda yang perduli terhadap permasalahan dan kondisi bangsa saat ini, jika mereka semua bungkam kita akan runtuh, saya yakin itu.
“Saya berharap mahasiswa jeli dan dapat menjadi pelopor gerakan perubahan sekarang” ucap Iskandarsyah.
Iskandarsyah menutup wawancaranya dengan mengucapkan, Cinta segitiga tidaklah akan abadi dan bertahan lama.