• Rab. Mei 14th, 2025

Tren Persepsi Publik Tentang Korupsi di Indonesia

Byadmin

Des 10, 2018

Laporan : Lemens Kodongan.

Jakarta, eksposenews- Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis hasil survei nasional yang bertajuk ”Tren Persepsi Publik tentang Korupsi di Indonesia”. Rilis diadakan pada Senin, 10 Desember 2018.

Hadir sebagai Narasumber dalam rilis ini adalah Dr. Saut Situmorang (Wakil Ketua KPK), Yanuar Nugroho, Ph.D. (Deputi ll Kepala Staf Kepresidenan), dan Adnan Topan Husodo, MA. (Koordinator ICW). Presentasi hasil rilis disampaikan oleh Burhanuddin Muhtadi, Ph.D. (Peneliti Senior LSI). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Rizka Halida (Peneliti LSI).

Persepsi terhadap tingkat korupsi dan penilaian terhadap kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi dan tingkat korupsi

Saat ini mayoritas warga menilai bahwa tingkat korupsi mengala mi peningkatan (52%). Akan tetapi, dibandingkan dengan tren korupsi dalam dua tahun terakhir, persepsi terhadap korupsi menurun, dari 70% pada 2016 menjadi 52% tahun ini. Kondisi ini terjadi berkaitan dengan pengetahuan warga bahwa saat ini Iembaga-lembaga yang ada telah melakukan Iangkah pemberantasan korupsi dan langkah tersebut dinilai efektif, meski dalam derajat yang bervariasi. KPK dinilai sebagai lembaga yang paling banyak melakukan Iangkah pemberanta san korupsi (81%) dan tinggi efektivitasnya (85%).

Mayoritas warga saat ini juga menilai pemerintah serius melawan korupsi, terutama pemerintah pusat (69%). Dalam setahun terakhir, persepsi ini relatif tidak berubah. Namun demikian, persepsi terhadap tingkat korupsi berbeda terhadap pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Umumnya, warga menilai korupsi paling tinggi di pemerintah pusat, lalu menurun hingga yang paling sedikit korupsinya di tingkat desa/kelurahan. Artinya, semakin jauh dari warga, pemerintah semakin dipersepsi korup. Sebaliknya, semakin dekat dari warga, pemerintah semakin dipersepsi tidak korup.

Kinerja pemerintah dinilai sangat baik dalam infrastruktur pelayanan kepada masyarakat. Akan tetapi, dalam mencegah korupsi dan menegakkan hukum terhadap pelaku korupsi masih perlu ditingkatkan.

Korupsi sebagaimana dialami dan dipersepsikan oleh warga

Mayoritas warga tidak toleran terhadap suap/gratifikasi. Mereka menilai bahwa suap dan gratifikasi adalah sesuatu yang tidak wajar (63%). Akan tetapi, dalam dua tahun terakhir, yang menilai ”tidak wajar” cenderung turun” sebaliknya yang menilai “wajar” cenderung makin banyak.

Mengenai kolusi, lebih banyak warga yang menilainya sebagai hal yang “tidak etis” dan hanya sedikit yang menilainya sebagai suatu “kejahatan”. Selain itu, cukup banyak yang meniIainya sebagai hal yang ”normal”.

Ketika ditanya tentang pengalaman menyaksikan langsung korupsi, sangat sedikit warga yang pernah menyaksikan korupsi secara langsung (4%). Demikian pula yang diceritakan oleh orang dekat yang pernah menyaksikan, sangat sedikit (6%).

Mayoritas mengaku dirinya dan orang dekatnya tidak pernah menyaksikan korupsi secara langsung (75%).

Akan tetapi, sebetulnya warga cukup berpengalaman berhubungan dengan pegawai pemerimah dalam berbagai layanan publik dan dalam berhubungan tersebut iuga terlibat pungli dan gratitikasi dengan derajat yang bervariasi.

Hal ini kembali menunjukkan bahwa korupsl masih dipahami sebagai sesuatu yang terjadi di pusat, melibatkan kasus-kasus besar saja. Sementara suap atau gratifikasi yang dialami warga dalam hubungan dengan pegawal pemerintah dianggap bukan korupsi.

Warga paling banyak berhubu ngan dengan pegawai pemerin tah untuk memperoleh layanan kesehatan (49%), kemudian mengurus kelengkapan administrasi publik (46%), urusan dengan pegawai atau guru di sekolah negeri (27%), dan urusan dengan polisi (13%).

Kemudian, lebih sedikit warga yang berhubungan dengan kampus( 6%), mencari kerja sebagai PN5 (5%), dan urusan dengan pengadilan (3%).

Dalam urusan-urusan tersebut, probabilitas warga diminta uang/hadiah di luar biaya resmi adalah ketika berurusan dengan polisli (34%) dan pengadilan (26%). Dalam layanan publik, probabilitas warga dalam uang/hadiah di luar biaya resmi adalah ketika mengurus kelengkapan administrasi publik (KTP, KK, Akta Kelahiran) (17%).

Selain itu, ketika mencari kerja di lembaga pemerimah (sebagai PNS) (19%), probabilitas tersebut juga tinggi, meski hanya sedikit yang berurusan. Lebih lanjut, warga juga dapat memberi uang/hadiah di luar ketentuan resmi meskipun tanpa diminta paling besar ketika berurusan dengan pegawal pemerintah.

Probabilitas warga memberi tanpa diminta paling besar ketika mengurus kelengkapan administrasi publik (16%) dan berurusan dengan polisi (16%).

Warga yang memberi uang dalam urusan-urusan tersebut, baik ketika diminta maupun tanpa diminta, paling banyak memberi agar urusan mereka cepat selesai.

Pemberantasan Korupsi dan Kepercayaan terhadap lnstitusi

Mayoritas warga menilai Komisi Pemberantasan Kompsi (KPK) sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab mengatasi korupsi di Indonesia (75%). KPK tampak menjadi tumpuan warga untuk memberantas korupsi. KPK adalah lembaga yang paling dipercaya publik saat int (85%).

Metode

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang sudah berumur 19 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 2.000 responden, yang dipilih secara acak menggunakan metode multistage random sampling. Dengan asumsi simple random sampling, ukuran sampel 2.000 responden memiliki toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar +\- 2.2% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Proses wawancara berlangsung pada 8-10 Oktober 2018. Salah satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri dari 10 responden. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check), 10% responden di 80 PSU dengan mensupervisi proses wawancara, dan 10% responden dengan menelepon kembali. Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

Data tren dalam rilis ini diperoleh dari hasil survei nasional 2016 dan 2017. Kedua hasil tersebut diperoleh dari survei yang diselenggarakan oleh lembaga selain LSI, yakni CSIS (2016) dan Polling center (2017).

By admin

slot malaysia

slot thailand