• Jum. Jan 17th, 2025

Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius Menerbitkan Sekaligus 4 buah Buku.

Byadmin

Feb 14, 2019

Jakarta, eksposenews.com – Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius menerbitkan sekaligus 4 buah buku. Buku-buku tersebut merupakan kumpulan catatan dan pengalaman Komjen Pol. Suhardi Alius selama masa-masa menjabat dan melibatkan perspektif beragam.

Launching dan Bedah Buku Kepala BNPT yang diselenggarakan di Auditorium Lemhannas RI, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 10, Jakarta, Kamis (14/2/2019), dihadiri oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Prof. Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, C.A, C.P.A, Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Ma’arif, imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A., Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak., Ketua Pansus DPR RI RUU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme H.R. Muhammad Syafi’l, SH, M.Hum, Guru Besar ITB Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, MSIE., MSCE, Ketua Pukat UGM Dr. Zainal Arifin Mochtar, S.H., LL.M., Direktur Utama Metro TV Suryopratomo, dan Ali Imron

Gambaran Singkat catatan “Buku Suhardi Alius” berisi Pengalaman Sebagai Kepala BNPT. Buku ini menceritakan kumpulan pengalaman reflektif Suhari Alius selama memimpin BNPT dalam mengatasi terorisme yang tak hanya menggunakan pendekatan hukum tapi juga melibatkan bahasa hati yang membuahkan kearifan.

Keberhasilannya dapat dilihat dalam penerapan Soft Power Approach di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Deli Serdang, Sumatra Utara, yang diasuh mantan teroris, Khairul Ghazali, dan Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan, Jawa Timur. Keduanya kini telah menjadi ikon dunia dalam penanganan terorisme.

Kemudian, Suhardi juga mempertemukan seratus mantan narapidana teroris dan keluarga korban dalam satu forum bertajuk ”Silaturahmi Kebangsaan” yang bertujuan untuk saling memaafkan dan menghapus sejarah kelam masa lalu. Dalam bidang ekonomi, BNPT mendirikan “Pop Warung” di Sukoharjo untuk meningkatkan ekonomi mantan napiter dan penyintas.

Kedua, PEMAHAMAN MEMBAWA BENCANA: Bunga Rampai Penanggulangan Terorisme. Terorisme muncul dengan beragam propaganda, manipulasi, bahkan berkedok agama. Motif ideologi dan kepentingan menyebabkan mereka rela membunuh manusia dengan biadab, memamerkan kebrutalan, dan tanpa hati nurani. Buku ini berisi catatan-catatan Suhardi Alius sebagai Kepala BNPT dalam memandang dan menanggulangi terorisme.

Satu hal yang menarik dibahas dalam buku ini adalah tentang dilema kepulangan Foreign Terrorist Fighters (FTF) yang dimulai dari runtuhnya pusat kota ISIS di Mosul dan Raqqa. FTF kemudian kembali ke negaranya masing-masing dan berpotensi melakukan tindakan terror, termasuk Indonesia seperti yang terjadi pada Bom Surabaya.

Data BNPT, lebih dari 500-an milisi ISIS asal Indonesia pulang ke Tanah Air, dan untuk 2017 saja terdapat 160 FTF (WNI yang pulang dari Suriah) yang dijemput petugas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta dan telah ditangani oleh BNPT.

Ketiga, MENJALIN SINERGI: 14 Bulan sebagai Kabareskrim Polri. Dalam buku ini, Suhardi Alius menceritakan pengalamannya selama menjabat sebagai Kabareskrim Polri. Sebagai Kabareskim, ia membuat beberapa kebijakan dan langkah strategis yang bersifat fundamental dengan tujuan untuk menyempurkan sistem yang telah terbangun di BARESKRIM POLRI.

Salah satu hal yang dibahas dalam buku ini adalah jalinan harmoni sinergisitas antara Bareskrim dan KPK saat itu dalam memberantas korupsi, seperti koordinasi program-program dalam upaya pemberantasan korupsi, koordinasi untuk menyamakan target, dan strategi yang diterapkan di KPK dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi.

Keempat, RESONANSI KEBANGSAAN: Membangkitkan Nasionalisme dan Keteladanan. Melalui buku ini, Suhardi Alius mencurahkan pemikiran dan kegelisahannya akan realitas dan peristiwa yang terjadi dan menggetarkan tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia saat ini. Derasnya arus globalisasi bak mengikis nasionalisme dan nilai budaya bangsa. Krisis ketelandanan dalam etika politik yang menjadi sorotan publik mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang permisif, tidak punya rasa malu, dan berangsur-angsur kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat

By admin