Jakarta,eksposenews.com – Berdasarkan UU RI No. 3 Tahun 2002, Sistem Pertahanan Negara kita bersifat semesta yakni melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara (Pasal 9 [1]). Artinya, Bela Negara merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga negara. Dalam hal ini, pemuda sebagai generasi penerus bangsa memegang peranan penting.
Materi pentingnya Pancasila dan bela negara disampaikan langsung oleh Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., Kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) saat menjadi Keynote Speaker di acara webinar dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI yang ke 75 tahun dengan mengangkat tema “Muda Merdeka Bicara Bangsa dan Pancasila” yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yudian Wahyudi menegaskan bahwa kita semua harus bersiap menghadapi semua tantangan-tantangan. Menurutnya, tantangan terhadap kebangsaan tidak berhenti meski sudah merdeka. Ancaman terhadap kesatuan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia tetap masih ada di antaranya dalam bentuk ancaman militer asing, eksklusivisme beragama, rendahnya literasi media, penyebaran berita hoaks, dan kecenderungan masyarakat yang gemar berbicara dalam bahasa asing ketimbang bahasa lokal dan bahasa Indonesia.
“Pemuda diharapkan mengembangkan kemampuan dan kecakapan diri agar bisa mengantisipasi ancaman-ancaman kebangsaan tersebut. Sukarno muda, Hatta muda, bukan hanya berani, tetapi mereka juga kelompok intelektual. Pemuda yang andal harus terpelajar dan berkualitas,” tuturnya.
Sumpah Pemuda 1928 menjadi puncak kesadaran nasionalisme anak muda yang semula bersifat kedaerahan (primordial) menjadi kebangsaan. Buah dari jerih payah itu adalah lahirnya kemerdekaan. Hal ini menunjukkan bahwa nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari peranan para pemudi dan pemuda.
“Karena itulah pencapaian masa pergerakan tersebut perlu kembali diteladani generasi muda Indonesia saat ini,” tuturnya lagi. Beliau juga mendorong kepada para pemuda untuk terus mengembangkan kemampuan dan kecakapan diri agar bisa mengantisipasi ancaman-ancaman kebangsaan tersebut.
Webinar kali ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain: Resti Luthfiani, Sekretaris Humas DPP Gerakan Pembumian Pancasia, Dr. Ali Imron, S.Th.I MSI selaku Kepala Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga dan Ulin Nuha Ahmad,S.I.Kom selaku Alumni Mahasiswa Fishum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Moderator acara kali ini yakni Ines Dyah Astuti selaku Wakil Ketua DEMA FISHUM. Acara ini berlangsung pada hari Jum’at tanggal 4 September 2020, pukul 09.00-11.30 WIB melalui aplikasi ZOOM Meeting yang disiarkan langsung dari Interactive Center (IC) FISHUM UIN Sunan Kalijaga dan diikuti sebanyak 140 peserta.