Banten, eksposenews.com-PLT.Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Profesor Dr.Hariyono, MPd
menghadiri acara pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Pembumian Pancasila (DPD GPP) Provinsi Banten yang dilaksanakan pada hari, Minggu, (22 Desember 2019) bertempat di aula Labkesda Provinsi Banten.
Pelantikan Pengurus DPD GPP Provinsi Banten dirangkaikan dengan Peringatan Hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2019. Sebelum pelantikan digelar dialog dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi oleh Ketua DPD GPP Provinsi Banten Alex Widjanarko.
Kepala BPIP Hariyono mendapat kesempatan pertama memberikan pemaparan dalam dialog yang dipimpin oleh Alex Widjanarko, dilanjutkan pembicara kedua yakni Ketua MUI Provinsi Banten KH. Dr. Romly, dan pembicara ketiga, Ketua Umum DPP GPP Dr.Antonius Manurung, MSi.
Dalam pemaparannya, Plt. Kepala BPIP, Prof. Dr. Hariyono, MPd mengatakan, bahwa Pancasìla merupakan ìnstrumen yang menyatu kan keragaman. Merupakan suatu fondasi dimana bangunan negara didìrikan di atasnya. Apabila fondasi (Pancasila) ìnì diganti, bangunan di atasnya (NKRI) akan runtuh.
Pancasila merupakan produk manusia sebagai Iandasan berbangsa dan bernegara. Karena produk manusia, beberapa kelompok menawarkan / tertarik pada ideologi lain seperti Komunisme (kiri), Khìlafah lslamìyah.
Pancasila yang mengajarkan keragaman menjadi tempat persemaìan lahirnya bibit-bibìt unggul, ancaman lain terhadap keberagaman adalah munculnya gejala penggunaan bahasa yang lain daripada Bahasa Indonesia. Ada sekelompok orang/golongan yang dengan sengaja menggunakan Bahasa Melayu, sementara di bagian tìmur Indonesia dibangkitkan lagi Bahasa Melanesia. Inì merupakan pintu masuk bagi perpecahan dan pudarnya eksistensi Pancasila.
Agama-agama yang diakuì di Indonesia semuanya berasal dari luar Nusantara. Agama – agama ìnì tidak bersifat imperialis karena tidak ingin menghancurkan budaya/adat/kearifan lokal yang sudah ada. Sehingga timbul keprihatìnan jika ada sekelompok orang yang melarang agama lain (intoleran). Karena pada hakikatnya agama adalah mengantar kepada kebahagiaan bukan penderìtaan dan ketakutan.ujar Hariyono.
Pancasila tidak cukup berhentì pada sikap toleransi tetapì harus diìringi dengan inovasì dan kretivitas untuk mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, dan Makmur. Pancasila kalau tidak senantiasa dirawat bisa mati dan hancur karena Pancasila memilikì dimensi Teologis dan Teleologis. GPP merupakan organ yang dìharap kan dapat merawat Pancasila dengan membangun suasana tidak saling curiga, tidak egois/selfish, berorientasi sama, menawarkan nilai-nilaì masa depan dan memberikan harapan. Harap Hariyono.
Pembicara lainnya yakni Ketua MUI Provinsi Banten Dr. H. A. M, Romly mengatakan, bahwa Kesadaran bernegara bangsa Indonesia muncul dari keingìnan tidak ingin dìhìna. Saat era penjajahan, ada tiga golongan masyarakat yaitu Eropa (paling tinggi), Asia Timur (menengah), dan golongan inlander atau Bumì Putera (yang paling rendah). Bangsa Indonesia termasuk golongan inlander ini. Paparnya.
Keinginan untuk memiliki negara dengan dasar ideologi yang kuat dìpeloporí oleh 2 kelompok yaitu kelompok Nasionalisme Islam dan kelompok Nasionalisme Sekuler. Ketika pnitia 9 merumuskan Pancasila seperti yang sekarang, timbul protes dari kelompok Islam, ”Kenapa ideologinya bukan Islam?” Sedangkan kelompok lainnya protes juga, ”Kenapa bawa- bawa agama (Tuhan) dalam ideologi negara?”
Karena ada keingìnan kuat untuk dapat hidup bersama tanpa ada satupun wilayah Nusantara yang lepas‚ maka semua aspirasi ditampung dalam suatu kesepakatan yaitu ideologi Pancasila, yang bukan merupakan negara agama tetapi juga bukan negara sekuler.
Karenanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa terbuka untuk dimaknai dalam perspektif Islam, Budha, Hindu, Kristen, Katolik, Konghucu, dsb.
Sehingga kalau ada yang berniat mengganti Pancasila, hal itu merupakan penyangkalan dan penyimpangan sehingga harus diakhirì.Toleransi dalam kasus ini perlu ada batasnya. Pancasila merupakan patokan bersama, para Ulama memiliki andil yang besar bersama dengan kelompok kelompok lain dalam merumuskan Pancasila. Karena itu Pancasìla dapat dikatakan juga sebagai warisan Ulama. Jika ada keinginan mengganti Pancasìla berarti mengkhianati Pancasila dan Ulama.
Prasetya Pancakarya yang pernah ada di jaman orba dapat diaktìfkan kembalì. Tidak semua warisan orba adalah salah semua. Ujar Romly.
Ketua umum GPP, Dr. Antonius DR Manurung, M.Si dalam pengantarnya mengatakan, Sumber Deideologì Pancasìla adalah, Radikalisme, Fundamentalisme,Transnasionalisme, Neo Liberal, Neo Kolonialisme.
Fenomena yang terjadi saat ìnì di Indonesia Intoleransi yang meningkat secara signifìkan, tingkat ketidakmerataan pendapatan masyarakat (gini rasìo) dan Indeks korupsi yang masih tinggì. Selain itu angka kemiskinan juga menjadi salah satu penyebabnya.
Akar ideologì Pancasila adalah Marhaenìsme. Sifat pergerakan GPP adalah progresìf revolusìoner, ini merupakan Strategi implementasi dari Gerakan Pembumian Pancasila, ucap Anton Manurung.